Di kota Lahat misalnya, salah satu kabupaten di Sumatera Selatan juga menawarkan pilihan wisata alam yang menakjubkan, banyak air terjun nan elok yang baru populer, juga ada peninggalan sejarah berupa arca megalit. Sayangnya untuk menjangkau tempat-tempat wisata alam di sekitar kota Palembang terkendala sarana dan prasarana transportasi, selain jalan utama yang menghubungkan satu kota ke kota kabupaten lain, belum banyak jalan alternatif. Seandainya ada jalan tol yang menjadi penghubung antar kota, kota Palembang dan sekitarnya bisa menjadi salah satu tempat wisata favorit.
Geliat pembangunan kota Palembang di genjot sebelum menjadi tuan rumah SEA Games 2011 dan Islamic Solidarity Games 2013, setelah even olaraga Internasional tersebut kota Palembang menjadi populer, banyak wisatawan domestik yang penasaran ingin berkunjung. Apalagi beberapa kuliner khas kota tersebut telah dikenal secara nasional, pempek ikan dengan kuah cuko, kerupuk ikan yang gurih, tekwan ikan, juga menjadi daya tarik orang untuk berkunjung ke kota peninggalan kerajaan Sriwijaya tersebut.
Kembali lagi ke film, di angkat dari cerita novel karya Oka Aurora yang terinspirasi dari kisah Ustadz Ahmad Al-Habsyi. Film drama religius produksi Mizan Productions ini cukup cerdas mengambil setting, sebagian cerita meng-ekspos view keindahan sungai Musi, yang menjadi kebanggaan masyarakat kota Palembang dan sekitarnya. Di layar lebar, sungai Musi dan kehidupan di pesisirnya serta rumah terapung khas Sumatera Selatan, terlihat unik dan menarik. Film ini wajib nonton di bioskop bagi masyarakat Palembang, maupun kaum perantau yang berasal dari kota itu, di samping sebagai tuntunan religius juga apresiasi bagi pembuat film dan seluruh yang terlibat.
Ingat dan tunggu, waktu tayang di bioskop tanggal 2 April 2015. Untuk mengobati rasa penasaran, baca dulu ringkasan cerita novelnya dan silakan tonton film trailer di bawah ini.
Ringkasan cerita novel:
Ada Surga di Rumahmu
“Kau tahu kenapa aku ingin sekali kau jadi orang? Aku berutang nyawa pada ayahmu, Ramadhan. Dia telah berjihad membuatku tetap bisa mengajar! Dan hanya dengan meneruskan perjuangan dakwahku, kau bisa melunaskan utangku itu. Kau mengerti?”
Bertahun-tahun wasiat terakhir Buya Athar, ulama besar Palembang itu, bertalu-talu mengetuk hati Ramadhan. Bagaimana mungkin dia meneruskan dakwah guru yang juga pamannya itu? Sedangkan dia masih harus berjibaku menaikkan harkat keluarganya yang miskin dan diinjak-injak orang. Bahkan ia memilih remuk hati meninggalkan Kirana, kekasihnya, karena uminya dihina ibu Kirana.
Umi, Abuya, serta keenam saudaranya adalah surga hati Ramadhan yang lebih penting dari cinta dan kariernya. Demi surganya itu, saat SD dia bahkan pernah jadi pemulung dan apa saja untuk membahagiakan mereka. Termasuk ketika akhirnya dia dijagokan jadi model iklan di Jakarta. Namun Ramadhan tak mampu juga mengabaikan pesan pamannya, guru yang amat ia cintai dan sudah seperti Abuya-nya sendiri.
Apa gerangan jihad yang dilakukan ayahnya sampai Buya Athar sangat ingin Ramadhan meneruskan dakwahnya? Akankah Ramadhan mampu terus menyalakan cahaya di surga kecilnya? Bagaimana pula dengan impian cintanya, yang kelak dia harapkan menambah semarak surga itu?
“Hikayat mengharukan tentang surga dunia yang paling dekat denganmu. Surga yang memandikan cinta padamu setiap saat. surga bernama ibu dan ayah....”
- Ahmad Fuadi, Penulis trilogi Negeri 5 Menara dan Pendiri Komunitas Menara
"Kisah pertautan antara orangtua, guru, dan anak yang menginspirasi hingga melahirkan ketakjuban.
Di mana ridha orangtua dan semangat membara dari guru menjadi mercusuar yang tak pernah mati. Fantastis".
- Dini Fitria, Penulis Scappa per Amore
“Tak perlu jauh kita mencari surga. Ia ada dalam cinta tak berbatas milik kedua orangtua kita. Ia lekat dalam langkah-langkah kita mengukir senyum di wajah mereka. Surga itu ada pada doa dan maaf tak bertepi dari mereka.
Mari rengkuh mereka sepenuh cinta ....”
- Ifa Avianty
No comments:
Post a Comment